http://kuliyyatul.blogspot.co.id/2011/04/sejarah-singkat-sholawat-burdah.html
SEJARAH SINGKAT SHOLAWAT BURDAH
Burdah artinya mantel, dapat juga diartikan
shifa (kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang suka memuji
raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij
(setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter
manapun.
Tak lama kemudian beliau mimpi bertemu
Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya untuk menyusun syair ang berisi pujian
kepada Rasulullah. Maka beliau mengarang Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7
H. Seusai menyusun Burdah, beliau kembali mimpi bertemu Rasulullah yang
menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari
sakit lumpuh yang dideritanya.
Qoshidah Burdah ini tersebar ke seluruh
penjuru bumi dari timur sampai barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama,
diantaranya yang terkenal adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara
Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot
di Mekkah. Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk
membaca Burdah di majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata
bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70
kali.
Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga
banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur
memerintahkan setiap rumah untuk membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah
mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa Syu’araa (penyair) di zaman itu
sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Rasulullah dalam
bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan kasroh/khofadz. Padahal Rasulullah
agung dan tinggi (rofa’). Kemudian Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama
Humaziyyah yang bait-baitnya berakhir dengan dhommah (marfu’).
Imam Busyiri juga menyusun Qoshidah
Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut terdapat bait yang artinya,
“Aku bersholawat kepada Rasulullah sebanyak
jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah." Kemudian dalam mimpinya,
beliau melihat Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis
pahala sholawat yang dibaca tersebut.
Habib Salim juga bercerita tentang seseorang
yang telah berjanji kepada dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji
Allah dan Rasulullah. Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa
menyusun syair untuk memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun bermimpi dan
Rasulullah berkata, ”Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya?!
Aku akan memotong tanganmu.”
Kemudian datanglah Sayidina Abu Bakar r.a
meminta syafaat untuknya dan dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun
dari tidurnya, ia pun langsung bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya
terdapat tanda bekas potongan dan keluar cahaya dari situ.
Habib Salim mengatakan bahwa Burdah ini
sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun
terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam
Busyiri, mengulangi bait ” maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap
kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, dan
memakai wewangian.
(Disampaikan di Majlis Burdah Hb Syekh
Alaydrus Jl. Ketapang Kecil Surabaya).
JAGAD SOLAWAT
Mengenal
Burdah Dan Manfaatnya
Tentang Imam Al-Bushiri
Tentang Imam Al-Bushiri
Di dalam kitab “Jamharatul Auliyaai wa
A’laami Ahlit Tashauwufi ” , karangan ‘Aalimul Jalil as Sayyid Machmud Abul
Faidl al Manufi al- Husaini, di jelaskan sebagai berikut :
“ Beliau seorang ustadz yang tegas, yang ‘arif sempurna, surya agama, tanda kebenaran ummat, guru (syaikh) orang – orang yang ahli hakikat : Abu ‘Abdillah Syarafuddin Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdullah bin Shanhaj bin Hilal As Shanhaji Al Bushiri.
“ Beliau seorang ustadz yang tegas, yang ‘arif sempurna, surya agama, tanda kebenaran ummat, guru (syaikh) orang – orang yang ahli hakikat : Abu ‘Abdillah Syarafuddin Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdullah bin Shanhaj bin Hilal As Shanhaji Al Bushiri.
Dilahirkan di Dalaash pada awal bulan Syawal
hari Selasa tahun 608 H/1211 M. kedua orang tuanya dari Maghrib, kemudian
menetap di Dalaash namun beliau besar di Bushir, sehingga kemudian lebih
dikenal dengan Imam Al Bushiri.
Al Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal
dengan Burdah-nya. Ia juga dikenal sebagai Ahli Fiqih dan Ilmu Kalam. Namun
nama Burdah telah menenggelamkan ketenarannya sebagai seorang sufi yang besar
yang memiliki banyak murid. Dalam kaitannya dengan alam kesufian ini Beliau
adalah pengikut Tarekat Syaziliyah dan merupakan murid dari Syeich Abul Abbas
Al Mursi. dimana Syeich Abul Abbas Al Mursi sendiri adalah murid langsung dari
Sayyidina Syeich Abul Hasan As Syazili (Pendiri Tarekat Syaziliyah). Tercatat
bahwa Al Bushiri dan Syeich Abdullah bin Ahmad Athaillah (Pengarang Kitab Al
Hikam) merupakan murid kesayangan dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. Namun karya
Burdah-nya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Rasulullah SAW,
Al Bushiri diberi gelar sebagai Sayyidul Muddah yang berarti “Pemimpin para
pemuji Rasulullah SAW”.
Sayyid Mahmud Faidh Al Manufi menulis dalam
bukunya, Jawharat al Awliya, bahwa Al Bushiri tetap istiqamah dalam hidupnya
sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Beliau wafat pada tahun 696 H dan
dimakamkan di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah
yang berdampingan dengan makam gurunya, Syeich Abul Abbas Al Mursi.
Dan setelah 2 (dua) tahun dari kewafatannya
lahirlah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad yang dikenal dengan Ibnu Jaabir Al
Andalusi. Ia terpesona dengan qasidah Burdah, yang dikemudian hari hal ini
mengilhaminya untuk membuat suatu qasidah dalam memuji Rasul SAW. Ibnu Jaabir
Al Andalusi wafat pada bulan Jumadil Akhir 780 H, dimakamkan di Birroh,
Andalusi.
Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Al Bushiri
adalah keajaiban yang ditampakkan Allah SWT dalam hal susunan prosa dan syair.
Andaikan ia tidak memiliki karya kecuali qasidahnya yang terkenal dengan nama
Al Burdah tersebut, itu sudah cukup mengangkat kemegahannya. Begitu pula
qasidah hamziyah nya (qasidah yang diakhiri dengan hurup hamzah) yang memukau.”
Latar Belakang Munculnya Burdah
DR. Zakki Mubarak menyatakan : Al Bushiri
mengemukakan kepada kita mengapa ia menulis Burdah, katanya : “Aku menyusun
qasidah–qasidah ini untuk memuji Rasulullah SAW. Disamping itu temanku yang
bernama Zainauddin Ya’qub bin Az Zubair meminta kepadaku untuk membuat suatu
bentuk syair. Bertepatan kemudian peristiwa yang menimpa daku yaitu sakit
lumpuh separo badanku, kemudian terpikir oleh daku untuk menyusun qasidahku ini
dan aku pun mengerjakannya, dan aku mengharapkan syafa’at dengan qasidah itu
kepada Allah SWT, agar Allah Ta’ala menyembuhkan daku, dan aku ulangi
melagukannya, aku berdo’a, dan aku bertawassul dan aku pun tidur kemudian aku
bermimpi melihat Nabi SAW.
Kemudian Nabi SAW mengusapku dengan tangannya
yang berkat itu, dan memberikan kepadaku Burdah. Akupun tersentak, lalu
terbangun, aku pun berdiri dan keluar dari rumahku, dan aku tidak pernah
memberitahukan hal tersebut kepada seorang pun sampai kemudian sebagian orang –
orang fakir menemui daku dan berkata kepadaku : “ Aku mengharapkan engkau
memberikan kepadaku qasidah yang engkau buat memuji Rasulullah SAW”, kemudian
aku berkata : yang mana? Sang Fakir berkata : ialah yang engkau karang waktu
engkau sakit dan kemudian ia menyebut permulaannya, dan kemudian sang fakir
berkata : “Demi Allah sungguh aku mendengarnya kemarin ketika disenandungkan
disamping Rasulullah SAW dan Beliau bergerak – gerak dan hal itu mengherankan
daku, kemudian Nabi SAW memberikan Burdah (selendang) kepada orang yang
mensenandungkannya.
Ketika menyusun qasidah ini dan melihat Nabi
SAW di dalam tidurnya, kemudian Al Bushiri melagukan di sisi Nabi SAW, dan
seolah – olah Nabi SAW bergerak seperti halnya cabang – cabang pohon bergerak,
setelah Al Bushiri sampai kepada kata – katanya
(فـمبـلغ العـلم فـيه أنـه بـشــر) ia tidak bisa menyempurnakannya, kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya : bacalah. Jawab Al Bushiri : saya tidak bisa membuat mishra’ (suatu ‘ajz, atau rangkaian kedua dari satu bait) terhadap mishra’nya yang pertama. Lalu Rasulullah SAW berkata : (وأنـه خـيـرخـلـق الله كلهـم)karena itu Al Bushiri memasukkan mishra’ ini ke dalam baitnya tersebut, tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW, dan Al Bushiri menjadikan shalawat yang dibaca berulang – ulang setiap selesai membaca satu bait – bait Burdah, karena kecintaannya kepada lafadzh Nabi SAW.
(فـمبـلغ العـلم فـيه أنـه بـشــر) ia tidak bisa menyempurnakannya, kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya : bacalah. Jawab Al Bushiri : saya tidak bisa membuat mishra’ (suatu ‘ajz, atau rangkaian kedua dari satu bait) terhadap mishra’nya yang pertama. Lalu Rasulullah SAW berkata : (وأنـه خـيـرخـلـق الله كلهـم)karena itu Al Bushiri memasukkan mishra’ ini ke dalam baitnya tersebut, tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW, dan Al Bushiri menjadikan shalawat yang dibaca berulang – ulang setiap selesai membaca satu bait – bait Burdah, karena kecintaannya kepada lafadzh Nabi SAW.
Pada dasarnya Burdah itu sendiri tidak bisa
menyebabkan kekeramatan bagi setiap orang, dan tidak lain hal itu bisa terjadi
hanya karena mempercayainya dengan kesungguhan dan keikhlasan, sehingga
tergambarlah keistimewaan, dan keajaiban – keajaiban, dan memang demikianlah
Burdah itu bagi sebagian orang diamalkan untuk mengharapkan perjumpaan dirinya
dengan Rasullullah SAW.
Secara umum Burdah memberikan pengaruh dalam
hal antara lain :
a. Pengaruhnya di dalam kelompok – kelompok
yang terkenal
Tidak ada yang menghafalkan qasidah yang panjang sebagaimana halnya mereka menghafalkan Burdah itu bahkan menjadikannya sebagai wirid : dibaca di waktu pagi dan sore, bahkan ada yang membaca di suatu makam yang bagus sesudah shalat fajar tiap hari Jum’at. Banyak pula orang – orang yang mengumpulkan anak – anak kecil untuk membaca Burdah di samping jenazah.
Tidak ada yang menghafalkan qasidah yang panjang sebagaimana halnya mereka menghafalkan Burdah itu bahkan menjadikannya sebagai wirid : dibaca di waktu pagi dan sore, bahkan ada yang membaca di suatu makam yang bagus sesudah shalat fajar tiap hari Jum’at. Banyak pula orang – orang yang mengumpulkan anak – anak kecil untuk membaca Burdah di samping jenazah.
b. Di dalam karang – mengarang
Adapun pengaruhnya dalam dunia karang mengarang lahirlah banyak pengarang dan pensyarah terhadap burdah sehingga timbul bermacam-macam syarah (komentar). Dalam hal ini yang sudah memberi komentar antara lain ialah, Ibnu Sho-ight yang wafat tahun 776, Ali bin Muhammad al Qolasha wafat pada tahun 891, Syihabuddin ibn al-Imaad yang wafat pada tahun 808, Asyaikh Khalid al Azhary yang wafat tahun 905, Jalaludin al Machali, Muhammad bin Achmad al Marzuqiy, Muhammad al Mishry, Zakariya al Anshory
.
c. Di dalam pengajaran
Mengenai pengaruhnya di dalam pengajaran, hal ini di lakukan misalnya oleh ulama – ulama Al Azhar pada setiap hari kamis dan jum’at dengan mengajar Chassiyah Al Bajury ‘Alal Burdah.dan pengajaran ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa.
Adapun pengaruhnya dalam dunia karang mengarang lahirlah banyak pengarang dan pensyarah terhadap burdah sehingga timbul bermacam-macam syarah (komentar). Dalam hal ini yang sudah memberi komentar antara lain ialah, Ibnu Sho-ight yang wafat tahun 776, Ali bin Muhammad al Qolasha wafat pada tahun 891, Syihabuddin ibn al-Imaad yang wafat pada tahun 808, Asyaikh Khalid al Azhary yang wafat tahun 905, Jalaludin al Machali, Muhammad bin Achmad al Marzuqiy, Muhammad al Mishry, Zakariya al Anshory
.
c. Di dalam pengajaran
Mengenai pengaruhnya di dalam pengajaran, hal ini di lakukan misalnya oleh ulama – ulama Al Azhar pada setiap hari kamis dan jum’at dengan mengajar Chassiyah Al Bajury ‘Alal Burdah.dan pengajaran ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa.
d. Di dalam puisi
Pengaruh burdah dalam dunia atau dilingkungan syi’ir (sajak dan sastra) dan para sastrawan sangat besar sekali dan mereka memuatnya dalam sajak – sajaknya. Mensyatharnya (istilah syi’ir arab), melimakannya, mentujuhkannya, mensepuluhkannya, dan mengarudlkannya (membuat perumpamaan atau sajak yang menyerupainya).
Pengaruh burdah dalam dunia atau dilingkungan syi’ir (sajak dan sastra) dan para sastrawan sangat besar sekali dan mereka memuatnya dalam sajak – sajaknya. Mensyatharnya (istilah syi’ir arab), melimakannya, mentujuhkannya, mensepuluhkannya, dan mengarudlkannya (membuat perumpamaan atau sajak yang menyerupainya).
Pengertian Burdah
Ibnu Saiyidih berkata : kata Burdah itu
berasal dari Al Burdu yaitu baju yang bergaris – garis dan orang Arab
mengkhususkannya untuk hiasan, jama’nya : abradun, abrudun dan burudun. Sedang
Al Burdatu yaitu kain yang digunakan sebagai selimut. Ada yang mengatakan
apabila terbuat dari bulu berumbai – rumbai dinamakan Burdah. Syamir
mengungkapkan orang Arab Khuzaimiyah kerap kali menggunakan semacam sapu
tangan/kain yang terbuat dari bulu yang ia gunakan bersarung, akupun
menanyakannya : apakah namanya ini? Ia menjawab : ini adalah Burdah selubung
yang bergaris. Burdah adalah kain persegi empat yang ada hitamnya. Burdah lebih
mirip dengan selendang karena kasar atau halusnya.
a. Burdah atas nama Ka’ab bin Zuhair
Bânat Su’âd, itulah nama sebuah syair pujian
yang sangat masyhur. Syair ini merupakan karya Ka’ab bin Zuhair yang memiliki
saudara yang bernama Bujair yang terlebih dulu masuk Islam, ketika mengetahui
Bujair masuk Islam Ka’ab marah dan saat itu timbul kebenciannya kepada Islam
dan Rasulullah SAW . Beberapa kali Ka’ab mengejek Rasulullah SAW.
Sepulang Rasulullah SAW dari Perang Thâif,
Bujair menulis surat kepada saudaranya untuk memeluk Islam dan mengingatkan
kabar buruk jika ia menolak. Bujair menyarankan Ka’ab untuk bertaubat dan
memeluk Islam.
Ka’ab mendatangi Rasulullah SAW di Madinah
untuk bertaubat dan meminta perlindangan namun para sahabat ketika mendengar
bahwa ia adalah Ka’ab langsung meminta izin kepada Rasulullah untuk memenggal
kepalanya karena kelakuannya yang selalu menghina Nabi SAW. Saat itu Kaab bin
Zuhair sudah berusia 100 tahun. Namun Nabi melarang para sahabat dan memaafkan
Ka’ab yang telah bertaubat. Kaab bin Zuhair adalah salah satu penyair terkenal
di kalangan Jahiliah dengan nama panggilan Ibnu Abi Salma.
Maha Suci Allah, Ka’ab langsung berubah dan
menjadi sangat mencintai Rasulullah SAW, secara spontan Ka’ab melantunkan
sebuah syair pujian untuk Rasulullah SAW yang terkanal dengan sebutan Banaat
Su’aad (Putri-putri Su’ad) terdiri dari 59 bait puisi. Atas dasar itu Nabi SAW
memberikan Burdah (jubah) yang dipakainya kepada Kaab bin Zuhair. Jubah yang
menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Mu’awiyyah bin Abu
Sufyan seharga (20.000) dua puluh ribu dirham, kemudian burdah tersebut dibeli
lagi oleh Abu Ja’far Al Manshur dari Dinasti Abbasiyah dengan harga (40.000)
empat puluh ribu dirham. Burdah itu hanya dipakai sekali olehnya pada waktu
shalat ‘Id dan diteruskan secara turun – menurun.
b. Burdah atas nama Imam Al-Bushiri
Sedangkan qasidah Burdah yang disusun oleh Al
Bushiri nama aslinya adalah Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khair Al-Bariyyah
(Bintang – bintang Gemerlap tentang Pujian terhadap Sang Manusia Terbaik).
Namun lebih dikenal dengan nama Burdah Al-Madih Al-Mubarakah atau Burdah saja.
Ia menulis burdah ini semata-mata untuk memuji Nabi SAW dan tidak mengharapkan
sesuatu berupa harta benda seperti yang terjadi pada Ka’ab bin Zuhair
sebagaimana tersebut diatas.
Al Bushiri hidup pada masa transisi yakni
kekuasaan Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamalik Bahriyah. Dimana pergolakan
politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintah
mengejar kedudukan dan kemewahan.
Munculnya qasidah Burdah itu juga merupakan
reaksi terhadap situasi politik, _sosial dan kultur pada masa itu agar mereka
senantiasa mencontoh kehidupan Nabi SAW.
Bacaan – bacaan Burdah
Ibrahim Al Bajuri menyatakan bait Burdah yang
diawali dengan Alhamdulillah tidaklah termasuk rangkaian Burdah yang disusun
oleh Imam Al Bushiri. Walaupun indah, menurut sastrawan Arab tidaklah tepat
kalau Burdah yang disusun Al Bushiri dimulai dengan bait itu, karena kebiasaan
sastrawan Arab di dalam memulai syairnya selalu didahului dengan menyebut
maksud dan tujuan syairnya. Dalam hal ini karena Burdah dimaksud untuk memuji
Nabi Muhammad SAW, keasyikan pengarang terhadap Nabi, jadi haruslah dimulai
dengan menyebut tujuan keasyikan, kerinduan dan sebagainya.
Itu pula sebabnya penyair – penyair Arab
tidak pernah memulai syairnya dengan “Bismillah” atau “Alhamdulillah”, kecuali
kalau memang rangkaian gubahannya itu langsung berhubungan dengan pujian
terhadap Allah SWT. Burdah ini terdiri dari 160 bait syair :
a. Di mulai dengan Amintarazak
امن تـذ كـر جـيـران بـذي سـلـم
مـزجت دمعا جـرى من مقـلة بـدم
Artinya :
“Adakah karena engkau mengenang seorang kawan di Dzi Salami engkau mencucurkan air mata bercampur darah cupu matamu”
“ ataukah oleh karena_angin berhembus dari arah Kadzimah atau apakah oleh karena seminar kilat di waktu gelap dari arah danau Idlami.
Penjelasan :
· “Dzi Salami”, tempat antara Makkah dan Madinah.
· “Kadzimah”, jalan menuju Makkah.
· “Idlami”, sebuah oase (waduk, serupa danau) di dekat Madinah.
Nama – nama ini disebut untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Bukankah beliau dilahirkan di Makkah dan wafat di Madinah? Tempat – tempat itu pernah beliau lalui. Bahkan mungkin pula beliau berhenti di sana.
مـزجت دمعا جـرى من مقـلة بـدم
Artinya :
“Adakah karena engkau mengenang seorang kawan di Dzi Salami engkau mencucurkan air mata bercampur darah cupu matamu”
“ ataukah oleh karena_angin berhembus dari arah Kadzimah atau apakah oleh karena seminar kilat di waktu gelap dari arah danau Idlami.
Penjelasan :
· “Dzi Salami”, tempat antara Makkah dan Madinah.
· “Kadzimah”, jalan menuju Makkah.
· “Idlami”, sebuah oase (waduk, serupa danau) di dekat Madinah.
Nama – nama ini disebut untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Bukankah beliau dilahirkan di Makkah dan wafat di Madinah? Tempat – tempat itu pernah beliau lalui. Bahkan mungkin pula beliau berhenti di sana.
b. Di akhiri dengan Maa rannahat
ما رنحـت عـذبات البـان ريـح صـبا
واطـرب العـيـس حادى العـيـس بـالـنـغـم
واطـرب العـيـس حادى العـيـس بـالـنـغـم
Artinya :
“ shalawat itu oh Ya Allah, sepanjang _angin timur yang meniup ke Ka’bah menghembus menggoyangkan pohon Bani dan selama onta yang indah warnanya masih berketipak – ketipuk pelan melangkah karena gembira, dibuai oleh suara berdendang penggiring sekumpulan onta bimbingannya”.
“ shalawat itu oh Ya Allah, sepanjang _angin timur yang meniup ke Ka’bah menghembus menggoyangkan pohon Bani dan selama onta yang indah warnanya masih berketipak – ketipuk pelan melangkah karena gembira, dibuai oleh suara berdendang penggiring sekumpulan onta bimbingannya”.
Sampai di sini habislah Al Burdah itu
berjumlah 160 bait, menurut Syaikh Kholid al Azhariy, demikian pula kata Syaikh
Ibrahim Al Bajuri di dalam syarahnya sebagaimana tersebut dalam Kitab Al
Khorbuti. Namun ditambahkan oleh Syeikh Ibrahim Al Bajuri, sungguhpun demikian
di naskah yang lain masih ada lagi kelanjutnya yaitu mulai dari
ثـم الـرضا عـن ابـي بـكـر وعـن عـمـر
وعـن عـلـيّ وعـن عـثـمـا ن ذى الــكــرم
sampai
ابـيـاتـهـا قـد اتـت سـتــيـن مـع مـائــة
فــرج بـهـا كــربـنـا يـا واســع الــكـرم
وعـن عـلـيّ وعـن عـثـمـا ن ذى الــكــرم
sampai
ابـيـاتـهـا قـد اتـت سـتــيـن مـع مـائــة
فــرج بـهـا كــربـنـا يـا واســع الــكـرم
Dengan demikian berjumlah 166 bait
(sebagaimana termaktub di hadapan pembaca) Penutup yang indah ini akan
memberikan kesan yang positif bagi pendengar dan hati pembacanya.
c. Fasal – fasal dalam Burdah
Atas dasar bait-bait diatas, maka ada pula
sebagian ulama mengelompokkan Burdah Al Bushiri menjadi (10) sepuluh fasal atau
bagian yang terdiri dari yaitu :
· Kecintaan kepada Rasulullah SAW
· Peringatan dari godaan hawa nafsu
· Puji – pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
· Kelahiran Rasulullah SAW
· Mukjizat Rasulullah SAW
· Kemulian kitab suci Al Quran dan pujian atasnya
· Isra’ Mi’raj-nya beliau
· Beberapa kejadian peperangan Nabi Muhammad SAW
· Bertawasul kepada Rasulullah SAW
· Munajat dan mengahadapkan segala hajat
· Kecintaan kepada Rasulullah SAW
· Peringatan dari godaan hawa nafsu
· Puji – pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
· Kelahiran Rasulullah SAW
· Mukjizat Rasulullah SAW
· Kemulian kitab suci Al Quran dan pujian atasnya
· Isra’ Mi’raj-nya beliau
· Beberapa kejadian peperangan Nabi Muhammad SAW
· Bertawasul kepada Rasulullah SAW
· Munajat dan mengahadapkan segala hajat
Maksud, Tujuan dan Manfaat Burdah
Selain Burdah masih banyak kumpulan syair
pujian terhadap Nabi Muhammad SAW seperti Al Barzanji, Ad Diba’I, namun Burdah
dianggap lebih istimewa karena keunikannya dalam beberapa hal.
a. Syair Burdah dianggap sebagai pelopor yang
menghidupkan kembali penggubahan syair – syair pujian terhadap Nabi Muhammad
SAW.
b. Memiliki sastra tingkat tinggi dan sarat dengan pesan – pesan etika.
c. Tidak sekedar menyajikan sejarah Nabi, tapi juga memberikan pendidikan, ajaran tasawuf dan pesan moral yang mendalam.
d. Sebagi wasilah atau sarana untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
e. Dipercaya memiliki kekuatan ghaib sehingga tidak jarang dibacakan pada saat ada hajatan tertentu.
f. Dibaca sebagai amalan khusus pada malam Jumat atau malam tertentu secara kontinyu agar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan ampunan Allah Allah SWT.
b. Memiliki sastra tingkat tinggi dan sarat dengan pesan – pesan etika.
c. Tidak sekedar menyajikan sejarah Nabi, tapi juga memberikan pendidikan, ajaran tasawuf dan pesan moral yang mendalam.
d. Sebagi wasilah atau sarana untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
e. Dipercaya memiliki kekuatan ghaib sehingga tidak jarang dibacakan pada saat ada hajatan tertentu.
f. Dibaca sebagai amalan khusus pada malam Jumat atau malam tertentu secara kontinyu agar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan ampunan Allah Allah SWT.
Qashidah ini telah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu,
Sindi, Inggris, Prancis, Jerman, dan itali.
Di Hadramaut dan di daerah Yaman lainnya,
diadakan pembacaan qashidah Burdah setiap shubuh hari Jumat atau ashar hari
selasa. Sedangkan Ulama Al Azhar di Mesir banyak yang mengkhususkan hari kamis
untuk pembacaan burdah dan mengadakan kajian serta penjelasan tentangnya.
Sampai kini masih diadakan pembacaan burdah di mesjid – mesjid besar di Kota
Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negara Syam
(Syiria), majelis –majelis qashidah Burdah juga diadakan di rumah - rumah dan
di masjid - masjid yang di hadiri ulama besar. Di Maroko pun biasa diadakan
majelis besar untuk pembacaan qashidah Burdah.
Pendapat Ulama’ Tentang Burdah
Burdah dapat dikatakan qasidah penting dalam
pujian kepada Baginda Rasul SAW. Karena itu para ulama diseluruh dunia Islam
menyambutnya dengan hangat.
Qashidah Burdah memang dikenal akan keindahan
kata-katanya. Dr. De Sacy, seorang ahli Bahasa Arab di Universitas Sorbonne,
Prancis, memujinya sebagai Karya puisi terbaik sepanjang masa.
Pembacaan Burdah juga merupakan suatu bentuk
zikir untuk bershalawat kepada Baginda Nabi SAW. Digambarkan tidurnya Al
Bushiri merupakan suatu vision, impian didalam kaum sufi sehingga karena itu
suka sekali untuk membaca :
مـولاي صـلّ وســلـم دائـمـا ا بــدا
عــلى حــبـيـبـك خــيـرالــخــلـق كـلـهــم
“ Oh Allah berikan shalawat dan salam sepanjang waktu atas kekasih-Mu, makhluk yang sebaik-baik makhluk ( Nabi Muhammad SAW).
مـولاي صـلّ وســلـم دائـمـا ا بــدا
عــلى حــبـيـبـك خــيـرالــخــلـق كـلـهــم
“ Oh Allah berikan shalawat dan salam sepanjang waktu atas kekasih-Mu, makhluk yang sebaik-baik makhluk ( Nabi Muhammad SAW).
Shalawat ini dibaca tiap kali sesudah membaca
bait Burdah. Diceritakan bahwa Al Gharnawi membacakannya tiap malam agar
bertemu dengan Nabi dalam tidurnya, tetapi tidak pernah berhasil. Lalu ia
menanyakan hal tersebut kepada seorang Syeikh dan Syeik ini berkata : Barang
kali engkau tidak memenuhi syaratnya. Al Gharnawi berkata : Bahwa saya ikuti
dengan sempurna. Syeikh itu memeluknya kemudian berkata : sesungguhnya engkau
tidak membaca shalawat sebagaimana Al Bushiri membaca shalawat atas Nabi SAW
yaitu :
مـولاي صـلّ وســلـم دائـمـا ابــدا
عــلى حــبـيـبـك خــيـرالــخــلـق كـلـهــم
مـولاي صـلّ وســلـم دائـمـا ابــدا
عــلى حــبـيـبـك خــيـرالــخــلـق كـلـهــم
Ibnu Khaldun pernah mempersembahkan Burdah
tersebut kepada Timur Lank, Pangeran Abdul Qadir Al Jazairi, dan Sang Pangeran
menuliskan di benderanya satu bait Burdah saat berperang melawan Perancis yaitu
:
و مــن تــكـن بــرســول الله نــصـرتــه
ان تــلــقـه الأ ســد فـي اجـامــهـا تــجـم
ان تــلــقـه الأ ســد فـي اجـامــهـا تــجـم
“ Barang siapa mengharapkan pertolongan
dengan keberkahan Rasulullah, jika bertemu dengan harimau dihutan tidak akan
diterkamnya “.
Syeikh Hasan bin Muhammad Syaddad Ba Umar
dalam kitabnya : Kaifiyat al Wushul Liru’yat Sayyidina ar Rasul Muhammad SAW,
menyatakan bahwa “ Aku telah diberitahu oleh tuan dan kekasihku Sayyid Ahmad
Masyhur Al Haddad, dimana sebagian para pencinta telah datang kepadanya dan
meminta saran darinya, bagaimana dapat mimipi bertemu Nabi SAW. Dia menyuruh
untuk membaca suatu bait dari Burdah, dimana setiap satu kali membaca bait itu,
hendaklah bershalawat atas Nabi SAW 10 kali. Kemudian orang itu melaksanakan
perintahnya sehingga dapat bermimpi Rasul SAW. Adapun bait Burdah yang dibaca
tersebut yaitu :
نــعـم ســرى طــيـف مـن اهــوى فـــأرقـــنـى
والــحـب يــعـتــرض الـلـــذات بــالألــم
والــحـب يــعـتــرض الـلـــذات بــالألــم
“ Ya … datang dengan diam-diam di malam hari
orang yang kucintai dan menyebabkan aku tidak dapat tidur. Dan cinta itu
mengganggu kelezatan dengan kengerian “.
Demikian seklumit tulisan perkenalan tentang
Burdah. Apabila di dalam tulisan ini terdapat kesalahan dan kekurangan, maka
dari itu diharapkan masukan dan sarannya untuk menambah khazanah kita. Semoga
dengan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan bisa di amalkan
sebagaimana mestinya.
No comments:
Post a Comment